Selasa, 06 November 2012

Efektivitas Rezim Internasional

Pendahuluan

Dalam melihat rezim, terdapat usaha dalam membangun kerjasama dan mengimplementasinya. Namun permasalahannya, tingkat keberhasilan atau implementasi dari sebuah rezim bervariasi, terdapat rezim yang dapat dikatakan sukses ataupun gagal[1]. Pnyebabnya ada dua hal : Pertama terdapat pada karakter dari masalah itu sendiri: beberapa masalah secara intelektual kurang rumit atau secara politik lebih benign daripada yang lain dan karena itu lebih mudah untuk diselesaikan. Kemungkinan jawaban kedua focus pada problem-solving capacity: beberapa usaha lebih sukses dibandingkan dengan yang lainnya karena perangkat institusional yang lebih powerful atau skill dan energy yang lebih besar digunakan untuk menyelesaikan masalah.

Obama dan Medvedev menandatangani perjanjian START 2010
 Dalam konsep efektivitas rezim Arild Underdal melakukan pemilahan antara variabel dependen, yaitu efektifitas rezim dengan variabel independen, yang terdiri dua hal yaitu : tipe permasalahan, dan kemampuan untuk mengatasi permasalahan tersebut[2]. Kemudian ada juga yang disebut intervening variable, sebuah variabel yang merupakan akibat dari variabel - variabel independen namun juga bagian dari variabel yang berpengaruh terhadap variabel dependen[3]. Intervening variable disini menggunakan level of collaboration, atau tingkat kolaborasi antara anggota dari sebuah rezim.

Dependent variable
Efektivitas Rezim sebagai variabel dependen memiliki 3 komponen untuk menganalisa efektivitas rezim, yang terdiri dari output, outcome, dan impact yang ada dalam rezim[4].

Figur 1. Objek dan penafsiran waktu
        Output
Output adalah aturan, program, dan pengorganisasian yang ditetapkan oleh anggota untuk mengoperasionalkan ketentuan dalam rezim, sehingga hal-hal yang semula hanya berbentuk kesepakatan bisa diwujudkan[5]. Keluaran yang muncul dari proses pembentukan, biasanya tertulis tetapi bisa juga tidak tertulis seperti misalnya konvensi, rules of law, treaty, deklarasi, bisa juga norma, prinsip-prinsip dan lain-lain. Penandatangan rezim dan terjadinya langkah – langkah domestik negara terkait rezim terjadi pada masa objek ini.

        Outcome

Outcome adalah perubahan perilaku subyek yang dikenai ketentuan dalam rezim, baik itu berupa penghentian tindakan yang dilakukan sebelum rezim berdiri, maupun tindakan yang sebelum rezim berdiri tidak dilakukan[6]. Langkah – langkah domestik negara yang terlaksana mulai dirasakan efeknya pada masa objek ini.


        Impact
Terakhir adalah Impact, yang berkaitan dengan tingkat keberhasilan dalam mengatasi masalah yang menjadi dasar pemikiran pembentukan rezim tersebut[7]. Di masa objek ini terlihat perubahan kebiasaan sebuah negara mengikuti atau tidak mengikuti rezim internasional yang mana dia ikuti.
Independent variable
Jika negara yang melakukan hubungan cenderung benign maka rezim tersebut akan mudah mendapatkan kesepakatan bersama, sedangkan apabila bersifat malign maka rezim akan susah mendapatkan titik temu.  Semakin identik dan harmonis preferensi aktor yang ada, maka permasalahan tersebut semakin benign, sebaliknya semakin tidak harmonis preferensi aktor yang terlibat maka permasalahan tersebut semakin malign

*      Problem Malignancy
Masalah menjadi susah ketika masalah itu sendiri memang membuat negara - negara tidak mau bekerjasama secara politis, karena memang susah. Malignancy ini memiliki 3 karakter antara lain Incongruity, Asymmetry dan Cumulative Cleavages[8].
Ø  Incongruity
§  Ketidaksepahaman akibat tidak semua negara anggota dari sebuah rezim menganggap sebuah isu sebagai permasalahan.
Ø  Asymmetry
§  Adanya kepentingan nasional yang berbeda – beda antara negara anggota dari sebuah rezim.
Ø  Cumulative Cleavages
§  Perbedaan yang terakumulasi sehingga menimbulkan perpecahan.

*      Problem Solving Capacity
Underdal berargumen bahwa permasalahan dapat diatasi dengan efektif apabila ditangani oleh lembaga atau sistem dengan power yang kuat serta didukung adanya ketrampilan atau skill dan energi yang memadai[9]. Apabila satu solusi dihasilkan melalui keputusan kolektif, maka problem solving capacity bisa dipahami sebagai fungsi saling terkait yang terdiri dari tiga unsur, yaitu:
Ø  Seting kelembagaan (institutional setting) yang ada dalam rezim tersebut.
Ø  Distribusi kekuasaan (distribution of power) diantara aktor yang terlibat. Jika ada pembagian kekuasaan yang adil, dimana terdapat pihak dominan yang dapat bertindak sebagai leader namun tidak cukup kuat untuk mengabaikan peraturan, dan juga ada pihak minoritas yang cukup kuat untuk mengontrol pihak dominan[10].
Ø  Skill (keahlian) dan energy (kekuatan) yang tersedia bagi rezim yang digunakan untuk mencari.
Intervening Variable
Dalam melihat tingkat kolaborasi sebuah rezim internasional, Underdal mengemukakan enam skala ukuran level kolaborasi[11], yang dapat dilihat dalam skala dibawah ini:
Level of Collaboration (skala 0-5)
0.   Gagasan bersama tanpa suatu koordinasi tindakan bersama
1.   Koordinasi tindakan secara diam – diam
2.   Koordinasi tindakan dengan dasar aturan atau standar yang dirumuskan secara eksplisit, namun implementasi berada sepenuhnnya di tangan pemerintah sebuah negara. Tidak ada penilaian terpusat akan efektivitas dari sebuah tindakan.
3.   Koordinasi tindakan dengan dasar aturan atau standar yang dirumuskan secara eksplisit, namun implementasi berada sepenuhnnya di tangan pemerintah sebuah negara. Terdapat penilaian terpusat akan efektivitas dari sebuah tindakan.
4.   Koordinasi yang terencana, dikombinasikan dengan implementasi pada level nasional. Didalamnya terdapat penilaian terpusat akan efektivitas sebuah tindakan.
5.   Koordinasi dengan perencanaan dan implementasi yang menyeluruh terintegrasi, dengan penilaian terpusat akan efektitivitas.
Dari penjelasan diatas, dapat dilihat bahwa pada intinya tingkatan kolaborasi terdiri dari beberapa langkah, sebagai berikut: gagasan bersama, koordinasi tindakan, rumusan aturan secara eksplisit, penilaian secara terpusat, implementasi pada tingkat nasional, koordinasi terencana dan integrasi antara perencanaan dan implementasi. Untuk mengetahui tingkatan kolaborasi dalam sebuah rezim internasional, perlu melihat unsur – unser tersebut. Pembagian antara masing - masing skala dengan unsur kolaborasi akan dilihat lebih jelas dalam tabel dibawah :
Tabel 1. Tingkatan Kolaborasi
Jenis Kolaborasi
Skala Kolaborasi
0
1
2
3
4
5
Gagasan bersama
Koordinasi tindakan
-
Rumusan aturan secara eksplisit
-
-
Penilaian secara terpusat
-
-
-
Implementasi pada level nasional
-
-
-
-
Koordinasi terencana
-
-
-
-
Integrasi perencanaan & Implementasi
-
-
-
-
-

Penentu Tingkat Kolaborasi
Efektivitas rezim juga mempunyai hubungan dengan tingkat kolaborasi dan perubahan perilaku. Disini tingkat kolaborasi sebagai sebuah intervening variable, tingkat kolaborasi dipengaruhi oleh problem malignancy dan problem solving capacity yang ada dalam sistem yang membentuk rezim. Intervening variable juga berpengaruh dan memberikan efek langsung terhadap efektivitas rezim. Sementara kedua variabel dependen juga memberikan pengaruh terhadap efektivitas rezim, yang berarti efektivitas rezim dipengaruh oleh tiga variabel
Adanya masalah yang bersifat malign akan berpengaruh negatif terhadap tingkat kolaborasi, sedangkan tingginya tingkat kolaborasi sendiri mempunyai pengaruh positif terhadap efektifitas rezim. Sehingga adanya masalah yang bersifat malign tidak mendukung semakin efektifnya sebuah rezim. Sedangkan kemampuan mengatasi masalah mempunyai pengaruh positif atau dengan kata lain mendukung meningkatnya tingkat kolaborasi. Karena tingkat kolaborasi mendukung efektifitas rezim maka kemampuan untuk mengatasi masalah berpengaruh positif terhadap tercapainya efektivitas rezim. Untuk lebih jelasnya dalam melihat hubungan diantara tiga variabel  diatas dapat kita bisa lihat dalam gambar dibawah:

Figur 2. Model Inti dari 3 Variabel
Disini muncul tiga hipotesis terkait model inti dari 3 variabel diatas[12] :
  1. Masalah semakin bersifat malignancy maka kemungkinan menciptakan kerjasama yg efektif semakin kecil.
  2. Jika malignancy bersifat politis dan knowledge, maka rezim akan semakin tidak efektif.
  3. Kalau rezim itu harus menghadapi persoalan yang malignancy, maka efektivitas akan dapat dicapai, hanya jika:
a.     Ada proses incentive baru yg diciptakan dari yang mempunyai kepentingan, mis dalam masalah non-profilerasi nuklir, jikalau Amerika berjanji akan memberi bantuan ekonomi yang lebih banyak apabila Iran mau mengurangi nuklirnya, maka
b.     Rezim yang menghadapi masalah yang sulit akan menjadi efektif jika rezim mampu menghubungkan persoalan yang sulit dng persoalan yg lainnya yg lebih gampang (linkage).
c.     Jika rezim mengembangkan sistem problem-solving yg lebih canggih, artinya akan ada improvement jika ada inovasi.






[1] Underdal, Arild. Explaining Regime Effectiveness. [Pdf]. University of Oslo. Hal. 1.
[2] Underdal, Arild. Environmental Regime Effectiveness: Confronting Theory with Evidence. Tersedia disitus: http://books.google.co.id/books?id=HkOFtdbSZL8C, diakses pada tanggal 5 November 2012, hal. 4-15
[3] Underdal, Arild. Environmental Regime Effectiveness: Confronting Theory with Evidence. Tersedia disitus: http://books.google.co.id/books?id=HkOFtdbSZL8C, diakses pada tanggal 5 November 2012, hal. 447.
[4] Ilien Halina. 2012. Efektivitas Rezim & Kerjasama Internasional. Handout Powerpoint. hlm. 3.
[5] Underdal, Arild. Environmental Regime Effectiveness: Confronting Theory with Evidence. Tersedia disitus: http://books.google.co.id/books?id=HkOFtdbSZL8C, diakses pada tanggal 5 November 2012, hal. 5.
[6] Ibid. hal. 6.
[7] Ibid. hal. 6.
[8] Underdal, Arild. Environmental Regime Effectiveness: Confronting Theory with Evidence. Tersedia disitus: http://books.google.co.id/books?id=HkOFtdbSZL8C, diakses pada tanggal 5 November 2012, hal. 18-22
[9] Underdal, Arild. Environmental Regime Effectiveness: Confronting Theory with Evidence. Tersedia disitus: http://books.google.co.id/books?id=HkOFtdbSZL8C, diakses pada tanggal 5 November 2012, hal. 23-37
[10] Ilien Halina. 2012. Efektivitas Rezim & Kerjasama Internasional. Handout Powerpoint. hlm. 17.
[11] Underdal, Arild. Environmental Regime Effectiveness: Confronting Theory with Evidence. Tersedia disitus: http://books.google.co.id/books?id=HkOFtdbSZL8C, diakses pada tanggal 5 November 2012, hal. 7.
[12] Ilien Halina. 2012. Efektivitas Rezim & Kerjasama Internasional. Handout Powerpoint. hlm. 15-18.

1 komentar: