Dalam melihat rezim, terdapat usaha dalam membangun
kerjasama dan mengimplementasinya. Namun permasalahannya, tingkat keberhasilan
atau implementasi dari sebuah rezim bervariasi, terdapat rezim yang dapat
dikatakan sukses ataupun gagal[1]. Pnyebabnya
ada dua hal : Pertama terdapat pada karakter dari masalah itu sendiri: beberapa
masalah secara intelektual kurang rumit atau secara politik lebih benign
daripada yang lain dan karena itu lebih mudah untuk diselesaikan. Kemungkinan jawaban
kedua focus pada problem-solving capacity: beberapa usaha lebih sukses
dibandingkan dengan yang lainnya karena perangkat institusional yang lebih
powerful atau skill dan energy yang lebih besar digunakan untuk menyelesaikan
masalah.
Dalam konsep efektivitas rezim Arild Underdal melakukan
pemilahan antara variabel dependen, yaitu efektifitas rezim dengan variabel
independen, yang terdiri dua hal yaitu :
tipe permasalahan, dan kemampuan untuk mengatasi permasalahan tersebut[2].
Kemudian ada juga yang disebut intervening variable, sebuah variabel
yang merupakan akibat dari variabel - variabel independen namun juga bagian
dari variabel yang berpengaruh terhadap variabel dependen[3]. Intervening variable disini menggunakan level
of collaboration, atau tingkat kolaborasi antara anggota dari sebuah rezim.
![]() |
Obama dan Medvedev menandatangani perjanjian START 2010 |
Dependent
variable
Efektivitas Rezim sebagai variabel dependen memiliki 3 komponen untuk
menganalisa efektivitas rezim, yang
terdiri dari output, outcome,
dan impact yang ada dalam rezim[4].
•
Output
Output adalah
aturan, program, dan pengorganisasian
yang ditetapkan oleh anggota
untuk mengoperasionalkan ketentuan dalam rezim, sehingga hal-hal yang semula hanya berbentuk kesepakatan bisa
diwujudkan[5]. Keluaran
yang muncul dari proses pembentukan, biasanya tertulis tetapi bisa juga tidak
tertulis seperti misalnya konvensi, rules of law, treaty, deklarasi, bisa juga
norma, prinsip-prinsip dan lain-lain. Penandatangan rezim dan terjadinya langkah
– langkah domestik negara terkait rezim terjadi pada masa objek ini.
•
Outcome
Outcome adalah
perubahan perilaku subyek yang dikenai ketentuan dalam rezim, baik itu berupa
penghentian tindakan yang dilakukan sebelum rezim berdiri, maupun tindakan yang
sebelum rezim berdiri tidak dilakukan[6]. Langkah
– langkah domestik negara yang terlaksana mulai dirasakan efeknya pada masa objek
ini.
•
Impact
Terakhir adalah Impact, yang berkaitan dengan tingkat keberhasilan
dalam mengatasi masalah
yang menjadi dasar pemikiran pembentukan rezim tersebut[7]. Di masa objek ini terlihat
perubahan kebiasaan sebuah negara mengikuti atau tidak mengikuti rezim
internasional yang mana dia ikuti.
Independent
variable
Jika negara yang melakukan hubungan
cenderung benign maka rezim tersebut
akan mudah mendapatkan kesepakatan bersama, sedangkan apabila bersifat malign maka rezim akan susah mendapatkan
titik temu. Semakin identik dan harmonis preferensi
aktor yang ada, maka permasalahan tersebut semakin benign, sebaliknya
semakin tidak harmonis preferensi aktor yang terlibat maka permasalahan
tersebut semakin malign

Masalah menjadi susah
ketika masalah itu sendiri memang membuat negara - negara tidak mau bekerjasama
secara politis, karena memang susah. Malignancy ini memiliki 3 karakter antara
lain Incongruity, Asymmetry dan Cumulative Cleavages[8].
Ø Incongruity
§ Ketidaksepahaman akibat tidak semua
negara anggota dari sebuah rezim menganggap sebuah isu sebagai permasalahan.
Ø Asymmetry
§ Adanya kepentingan nasional yang
berbeda – beda antara negara anggota dari sebuah rezim.
Ø Cumulative Cleavages
§ Perbedaan yang terakumulasi sehingga
menimbulkan perpecahan.

Underdal berargumen bahwa permasalahan dapat diatasi
dengan efektif apabila ditangani oleh lembaga atau sistem dengan power yang kuat serta didukung adanya
ketrampilan atau skill dan energi yang memadai[9].
Apabila satu solusi dihasilkan melalui keputusan kolektif, maka problem
solving capacity bisa
dipahami sebagai fungsi saling terkait yang terdiri dari tiga unsur, yaitu:
Ø Seting kelembagaan (institutional
setting) yang ada dalam rezim tersebut.
Ø Distribusi kekuasaan (distribution
of power) diantara aktor yang terlibat. Jika ada pembagian kekuasaan yang
adil, dimana terdapat pihak dominan yang dapat bertindak sebagai leader namun
tidak cukup kuat untuk mengabaikan peraturan, dan juga ada pihak minoritas yang
cukup kuat untuk mengontrol pihak dominan[10].
Ø Skill (keahlian) dan energy (kekuatan) yang tersedia bagi
rezim yang digunakan untuk mencari.
Intervening
Variable
Dalam melihat tingkat kolaborasi sebuah rezim
internasional, Underdal mengemukakan enam skala ukuran level kolaborasi[11],
yang dapat dilihat dalam skala dibawah ini:
Level
of Collaboration (skala 0-5)
0.
Gagasan bersama tanpa suatu koordinasi
tindakan bersama
1.
Koordinasi tindakan secara diam – diam
2.
Koordinasi tindakan dengan dasar aturan
atau standar yang dirumuskan secara eksplisit, namun implementasi berada
sepenuhnnya di tangan pemerintah sebuah negara. Tidak ada penilaian terpusat
akan efektivitas dari sebuah tindakan.
3.
Koordinasi tindakan dengan dasar aturan
atau standar yang dirumuskan secara eksplisit, namun implementasi berada
sepenuhnnya di tangan pemerintah sebuah negara. Terdapat penilaian terpusat
akan efektivitas dari sebuah tindakan.
4.
Koordinasi yang terencana, dikombinasikan
dengan implementasi pada level nasional. Didalamnya terdapat penilaian terpusat
akan efektivitas sebuah tindakan.
5. Koordinasi
dengan perencanaan dan implementasi yang menyeluruh terintegrasi, dengan
penilaian terpusat akan efektitivitas.
Dari
penjelasan diatas, dapat dilihat bahwa pada intinya tingkatan kolaborasi
terdiri dari beberapa langkah, sebagai berikut: gagasan bersama, koordinasi
tindakan, rumusan aturan secara eksplisit, penilaian secara terpusat,
implementasi pada tingkat nasional, koordinasi terencana dan integrasi
antara perencanaan dan implementasi. Untuk mengetahui tingkatan kolaborasi
dalam sebuah rezim internasional, perlu melihat unsur – unser tersebut.
Pembagian antara masing - masing skala dengan unsur kolaborasi akan dilihat
lebih jelas dalam tabel dibawah :
Tabel
1. Tingkatan Kolaborasi
Jenis Kolaborasi
|
Skala Kolaborasi
|
|||||
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
Gagasan bersama
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
Koordinasi
tindakan
|
-
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
Rumusan aturan
secara eksplisit
|
-
|
-
|
√
|
√
|
√
|
√
|
Penilaian
secara terpusat
|
-
|
-
|
-
|
√
|
√
|
√
|
Implementasi
pada level nasional
|
-
|
-
|
-
|
-
|
√
|
√
|
Koordinasi
terencana
|
-
|
-
|
-
|
-
|
√
|
√
|
Integrasi perencanaan & Implementasi
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
√
|
Penentu
Tingkat Kolaborasi
Efektivitas
rezim juga mempunyai hubungan dengan tingkat kolaborasi dan perubahan perilaku.
Disini tingkat kolaborasi sebagai sebuah intervening variable, tingkat
kolaborasi dipengaruhi oleh problem malignancy dan problem solving
capacity yang ada dalam sistem yang membentuk rezim. Intervening variable juga berpengaruh dan memberikan efek langsung
terhadap efektivitas rezim. Sementara kedua variabel dependen juga memberikan
pengaruh terhadap efektivitas rezim, yang berarti efektivitas rezim dipengaruh
oleh tiga variabel
Adanya
masalah yang bersifat malign akan berpengaruh negatif terhadap tingkat
kolaborasi, sedangkan tingginya tingkat kolaborasi sendiri mempunyai pengaruh
positif terhadap efektifitas rezim. Sehingga adanya masalah yang bersifat malign
tidak mendukung semakin efektifnya sebuah rezim. Sedangkan kemampuan
mengatasi masalah mempunyai pengaruh positif atau dengan kata lain mendukung
meningkatnya tingkat kolaborasi. Karena tingkat kolaborasi mendukung
efektifitas rezim maka kemampuan untuk mengatasi masalah berpengaruh positif
terhadap tercapainya efektivitas rezim. Untuk lebih jelasnya dalam melihat
hubungan diantara tiga variabel diatas
dapat kita bisa lihat dalam gambar dibawah:
Disini
muncul tiga hipotesis terkait model
inti dari 3 variabel diatas[12]
:
- Masalah semakin bersifat malignancy maka kemungkinan menciptakan kerjasama yg efektif semakin kecil.
- Jika malignancy bersifat politis dan knowledge, maka rezim akan semakin tidak efektif.
- Kalau rezim itu harus menghadapi persoalan yang malignancy, maka efektivitas akan dapat dicapai, hanya jika:
a.
Ada
proses incentive baru yg diciptakan dari
yang mempunyai kepentingan, mis dalam masalah non-profilerasi nuklir, jikalau Amerika
berjanji akan memberi bantuan ekonomi yang lebih banyak apabila Iran mau
mengurangi nuklirnya, maka
b.
Rezim
yang menghadapi masalah yang sulit akan menjadi efektif jika rezim mampu menghubungkan
persoalan yang sulit dng persoalan yg lainnya yg lebih gampang (linkage).
c.
Jika
rezim mengembangkan sistem problem-solving
yg lebih canggih, artinya akan ada improvement jika ada inovasi.
[1] Underdal, Arild. Explaining Regime Effectiveness. [Pdf]. University
of Oslo. Hal. 1.
[2]
Underdal, Arild. Environmental
Regime Effectiveness: Confronting Theory with Evidence. Tersedia disitus: http://books.google.co.id/books?id=HkOFtdbSZL8C,
diakses pada tanggal 5 November 2012, hal. 4-15
[3]
Underdal, Arild. Environmental Regime Effectiveness:
Confronting Theory with Evidence. Tersedia disitus: http://books.google.co.id/books?id=HkOFtdbSZL8C,
diakses pada tanggal 5 November 2012, hal. 447.
[4]
Ilien Halina. 2012. Efektivitas Rezim & Kerjasama
Internasional. Handout Powerpoint.
hlm. 3.
[5]
Underdal, Arild. Environmental Regime Effectiveness:
Confronting Theory with Evidence. Tersedia disitus: http://books.google.co.id/books?id=HkOFtdbSZL8C,
diakses pada tanggal 5 November 2012, hal. 5.
[6]
Ibid. hal. 6.
[7]
Ibid. hal. 6.
[8]
Underdal, Arild. Environmental Regime Effectiveness:
Confronting Theory with Evidence. Tersedia disitus: http://books.google.co.id/books?id=HkOFtdbSZL8C,
diakses pada tanggal 5 November 2012, hal. 18-22
[9]
Underdal, Arild. Environmental Regime Effectiveness:
Confronting Theory with Evidence. Tersedia disitus: http://books.google.co.id/books?id=HkOFtdbSZL8C,
diakses pada tanggal 5 November 2012, hal. 23-37
[10]
Ilien Halina. 2012. Efektivitas Rezim & Kerjasama
Internasional. Handout Powerpoint. hlm. 17.
[11] Underdal, Arild. Environmental Regime Effectiveness:
Confronting Theory with Evidence. Tersedia disitus: http://books.google.co.id/books?id=HkOFtdbSZL8C,
diakses pada tanggal 5 November 2012, hal. 7.
[12]
Ilien Halina. 2012. Efektivitas Rezim & Kerjasama Internasional.
Handout Powerpoint. hlm. 15-18.
Makasih gan, cukup membantu buat tugas, hehe...
BalasHapus